Tulisan ini bercerita tentang beberapa Recap moment hari-hari saya selama di Tahun 2021
 |
My Rekap 2021 |
Januari dan Februari tahun 2021
Wabah covid-19, masih mewabah di
seluruh Negara. Awal tahun ini sedikit berbeda karena tahun-tahun lalu masih
bisa menikmati indahnya hari-hari tanpa ada rasa was-was. Pada bulan ini saya
masih mencoba melamar kerja lewat email, namun tidak ada kesempatan untuk mengabdikan
diri ini untuk mengajar. Jadi, saya mengisi waktu dengan cara mengajar anak SD
membaca dan mengaji. Saat itu, saya lagi menginap di tempat tinggal kakak
ipar. Saya menemani kakak ipar yang qadarullah Mama kakak ipar sudah kembali
kepangkuan sang Pencipta kita semua. Ceritanya selang beberapa waktu pagi hari
bulan Oktober 2020, kakak ipar mendapat telpon dari ayahnya. Ayahnya bercerita
kalau Mamanya sudah meninggal, antara sadar dan tidak kakak ipar bilang mama
siapa ?. Papanya menjawab, iya mama. Sontak dia bangun dari tidur, dengan panik
dia minta periksa baik baik Pa. Karena panik kakak minta panggil dokter yang
dibelah rumah. Dokter itu bilang, memang ibu kakak saya telah meninggal dunia.
Tangis kakak pun pecah, dia sedih karena tidak ada disamping mamanya dihari
hari terakhir beliau. Kakak sedih karena dia tidak bisa segera ikut melakukan
proses pemakaman mamanya, karena domisili tempat kerja kakak di pulau ketiga WAKATOBI
yaitu pulau Tomia, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jika kita ditinggal sama orang
kita yang cintai untuk selamanya, hal-hal biasanya kita lakukan seperti berpegang
tangan, saling berbagi cerita, berpelukan, dan lain-lain yang tidak bisa lagi
kita lakukan bersama orang tersebut. Pastinya kita amat sangat sedih. Namun,
saya yakin bagi kita umat beragama
Islam, sudah tahu akan Janji Allah swt tentang
kematian hambaNya tidak dapat ditunda.
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ
اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Artinya: Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu), apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapa meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (QS. Al-Al'Araf: 34)
Permasalahan virus corona-19 (COVID-19) belum juga bisa
teratasi di seluruh belahan Dunia. Covid-19 masih meraja rela di Indonesia,
karena itu segala aktifitas dilakukan secara daring (online). Kegiatan yang
biasanya dilakukan secara langsung (offline) seperti sekolah, kerja, seminar,
wisuda, dan lain halnya. Sejak covid-19 mewabah masuk bulan Februari tahun
2020, Indonesia melaksanakan wisuda secara daring. Saya yang sebelum diberi
kesempatan memilih wisuda daring (online) atau offline. Qadarullah, covid-19
belum terlihat penyelesaian masalahnya. Saya mendapat email dari panitia
kampus. Panitia memberitahu surat edaran bahwa yang memilih wisuda offline akan
dilaksanakan wisuda daring pada Hari Rabu tanggal 18 Februari 2021. Filosofi
kampus setiap melakukan acara wisuda selalu Hari Rabu, karena hari itu waktu
didirikannya Kampus tersebut. Alhamdulillah, wisuda daring terlaksana dengn
lancar. Walaupun suasana agak berbeda dengan secara langsung. Namun keluarga
tidak membuat saya bersedih, kakak kakak saya sibuk menyiapkan persiapan untuk
wisuda saya mulai dari baju wisuda, make-up, dan dokumentasi.
Alhamdulillah,
saya diberikan kesempatan bisa menimpa ilmu di salah satu kampus terbaik di
Indonesia, yaitu University IPB. Keinginan saya berawal ketika melihat profil
dosen-dosen kebanyakan alumni dari IPB. Jadi saya sangat ingin merasakan bisa
menimpa ilmu di kampus IPB. Segala kekuasaan dan rezeki dari Allah swt berikan
kepada Abang-abang serta keluarga besar, lewat dukungan mereka saya akhirnya
bisa menjadi salah satu alumni dari University IPB.
Hari
minggu sekitar jam 09.00 WIB pada tanggal 28 Februari 2021, Kakak ipar membawa kedua
anaknya, saya, dan ponakannya ke kebun binatang Kasang Kulim Pekanbaru. Jarak
rumah ke Kebun binatang yaitu 9,5 km,
dan membutuhkan waktu ±18 menit, terletak di jalan raya pasir putih, Tanah Merah,
Kecamatan Siak Hulu, Riau. Harga tiket
masuk Rp.25 ribu/orang, kalau anak dibawah 3 tahun tidak dikenakan biaya masuk.
Saya mau mereview kebun binatang kasang kulim. View pertama yang terihat hewan
hewan burung-burung yang diberi label nama, tempat asal, dan nama latinnya. Kita akan melihat berbagai macam hewan seperti
Gajah, Tapir, Orang hutan, ular, etc. Namun, view yang saya rasakan disana
kebun binatang sedikit tidak terurus. Saya sedikit memaklumi mungkin karena
wabah covid-19, tenaga teknisi tidak memadai untuk mengurus kebun binatang ini.
(Dokumentasi)
Maret dan April tahun 2021
Pada
bulan Maret ini, Ajo (panggilan untuk Abang bagi orang Pariaman) datang dari
Tomia, SulTra untuk menjemput kakak Ipar dan ponakan kembali ke Tomia, Sultra.
Sebelum mereka kembali, Ajo, kakak Ipar, Papa Kakak iPar, ponakan saya, kami
berlibur singkat ke Bukit Tinggi- Sumatra Barat. Jikalau dingat-ingat hampir 7
tahun tidak ke daerah Sumatra Barat. Kami berangkat dari Pekanbaru sekitar jam
0.8.30 sampai di Bukit Tinggi sekitar jam 14.30 WIB, perkiraan waktu tempuh
selama 4 jam 46 menit (di map) dengan jarak 214 KM.
Kami
menginap di Hotel Balcone and Resort Bukit Tinggi, jalan Raya Bukit Tinggi,
Gadut, Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, SumBar. Hotel Balcone seperti hotel
berbintang 4,5 lainnya. View yang kita dapat di hotel Balcone, yaitu indahnya
pemandangan alam, ditambah hotel ini ditanami berbagai jenis warna warni
tanaman bunga-bunga, spot untuk foto ataupun swafoto, kolam renang yang luas,
serta ada balcone untuk kita bersantai baik di pagi, siang, dan malam. Kita
dapat melihat view yang berbeda sesuai kamar yang di kita booking. Agenda kami
setelah rehat sejenak di Hotel, sorenya kami menuju jam Gadang. Sesampai disana
kami tidak ketinggalan dengan wisatawan lainnya untuk berswafoto (selfie) di
Jam Gadang. Setelah puas berfoto, kakak ipar mengajak saya untuk naik Bendi
(Delman). Budget untuk naik Bendi sekitaran Rp. 50 ribu hingga 200 ribu, itu
tergantung rute yang diinginkan pengunjung.Rute-rute bendi membawa wisatawan
berkeliling dari area Jam Gadang, turun ke arah Jembatan Limpapeh, Rumah Sakit
Achmad Mochtar, Atas Ngarai, Panorama Lubang Jepang, sehingga kembali ke atas
Pasa Ateh. Selama bendi berjalan, saya mengobrol sama kusirnya. Saya bertanya
kuda beni ini di pinjam atau punya sendiri. Kusir itu menjawab, punya sendiri
dan bapak kusir itu pelihara dari usia kecil sampai kuda itu siap digunakan
sebagai kendaraan wisata. kemudian kuda tersebut dilatih untuk kendaraan wisata
sebagai mata pencaharian bagi bapak kusir. Kuda yang terlatih memang terlihat
dari dia berjalan di jalan raya, karena saat bendi kami melintasi rute yang
kami pilih. Saat itu juga, saya melihat calon bapak kusir lagi melatih kudanya
untuk menjadi kendaraan wisata bendi.
Merah
saga sudah mulai terlihat di langit. Kamipun bergegas mencari tempat makan.
Karena momentnya yang sangat langka kembali ke SumBar. Kakak ipar mengajak
makan sate ternama di Padang Panjang. Waktu tempuh untuk menuju kesana lumayan
lama ada ±
2 jam perjalanan. Setelah selesai makan, kami kembali lagi ke Hotel untuk
istirahat. Ketika sampai di Hotel, saya menelpon ibu dan tidak ketinggalan saya
menceritakan view Hotel Balcone, dan terlontar di mulut saya. InsyaAllah, nanti
ketika sudah punya pasangan akan kembali lagi ke sini. (ketawa saya dalam hati).
Pagi harinya, kami kembali berwisata yaitu pergi ke Jembatan Limpapeh dan Kebun
Binatang Bukittinggi atau Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK). TMSBK menjadi salah satu objek wisata di Bukittinggi
dengan wahana didalamnya seperti zona Burung, Zona Reptile, Zona karnivora
dengan kandang yang modern dan menarik. TMSBK memiliki koleksi hewan lengkap,
ada harimau, gajah, singa, jerapah, buaya, ular, burung, ikan, dan ada juga
museum zoologi dimana pameran koleksi hewan-hewan yang telah diawetkan, serta
berbagai hewan lainnya.
Meet up dengan Adek widya yang
mengantar titipan Mendali Toga Wisuda dari Kampus IPB. Kami janjian di depan
hotel mona tepat didepan Universitas Riau (UR). Waktu bertemu kami berbincang sementar
kemudian jalan-jalan ke waduk dan jembatan kupu-kupu sambil bernostalgia lagi
waktu kuliah di kampus UR. Kami pakirkan
motor dekat banyak motor-motor terpakir di area waduk. Siang itu ada para
pemancing yang lagi asyik memancing ikan di waduk. Kami menikmati view waduk
dengan berselfie di sana. Selain itu, kami melihat mahasiswa lagi melakukan
praktikum atau mungkin lagi riset. Terlihat mereka seperti mengukur debit air..
 |
Dokumentasi |
Mei, Juni, dan Juli
tahun 2021
Bulan puasa tinggal hitungan hari lagi
mau Hari Lebaran Idul Fitri. Saya dan Kakak-kakak lainnya mengantar ibu ke
bandara SK-II Pekanbaru. Beliau ingin jumpa dengan si bungsu yang berdomisili
di Depok. Beliau ingin jalan-jalan sekalian mau jumpai cucu nya. qadarullah
waktu itu Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk tidak mudik, H-5
Lebaran. Jadi, Ibu kami belikan tiket
jauh sebelum dilarang untuk mudik. Tahun ini, Ibu Lebaran Idulfitri bersama Adek di Depok. Saat lebaran pun tiba, maka silaturahmi dilakukan
lewat daring. Semua orangpun yang tidak bertemu sapa karena jarak yang jauh
maka silaturahmi minta maaf lahir dan bathin secara daring (online).
Rutinitas saya seperti biasa membantu
kakak menjaga kedua anaknya dan saya saat itu belajar menjahit baju gamis. Saya
belajar autodidak lewat channel Youtube. Alhasil, baju saya buatlah lumayan
bagus untuk dipakai sehari-hari, walaupun beberapa kali terjadi kesalahan
jahitan kemudian saya buka lalu jahit lagi. Pada akhir bulan Juli saya mendaftar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
tahun 2021.
Agustus dan September
tahun 2021
Happy birthday to me. Bulan ini adalah bulan lahir saya dan kedua ponakan saya.
Tiga puluh tahun saya sudah menikmati karunia dari Allah swt. Ibu saya masih menetap di Depok. Dikarenakan jadwal PPKM di
Pulau di perpanjang. So, ibu untuk sementara harus tetap stay di sana. Saya
masih melakukan runitinitas seperti biasa sambil belajar persiapan untuk CPNS.
Yey, ibu akhirnya balik dari Jakarta.
Saya dapat berita dari Abang saya. Saya yang terkejut mendapatkan kabar itu,
lantas saya menghubungi Ibu. Beliau jawab, Iya, ibu mau ke Pekanbaru. Abang
meminta saya untuk menjemput Ibu ke Bandara. Karena waktu pulang Ibu bertepatan
dengan jadwal saya untuk vaksin kedua. Jadi, saya urungkan niat untuk vaksin
kedua, saya mau ganti jadwal untuk besoknya. Tidak selang beberapa waktu saya
mau siap-siap menjemput Ibu. Saya dapat telpon dari Bude (tetangga) yang kebetulan
dia Bidan di Pukesmas tempat saya vaksin pertama. Beliau menanyai saya kenapa
belum datang untuk vaksin. Kemuadian saya bilang saya mau jemput Ibu ke
Bandara, jadi vaksinnya besok saja. Tetapi beliau menjawab, kata beliau untuk
vaksin yang telah terjadwal tidak boleh diundur harinya. So, saya pergi ke
Puskesmas lalu setelah itu pergi ke Bandara untuk jemput Ibu.
Rencana tinggal rencana ternyata
waktu saya lagi proses vaksin, pesawat ibu sudah landing. Jadi, Ibu pulang
sendiri dengan Taksi Bandara. Sesampai Ibu dirumah, saya tanya Bagaimana proses
mendapatkan Taksi. Ibu bercerita, ibu tanya ke driver berapa budget ke Panam.
Rerata driver menjawab sekitar 75 ribu/ 80 ribu. Jadi, Ibu tetap semangat
mencari harga yang menurut dia sesuai. Akhirnya, Beliau didatangi oleh salah
satu driver. Ibu akhirnya setuju dengan harga yang ditawarkan driver tersebut.
Hari berganti hari, saya mendapat undangan
message whatapps dari junior di kampus UR. Adek itu minta saya untuk datang ke
walimahannya. Sebagai seorang muslim memenuhi undangan itu wajib. Saya akhirnya
janjian sama teman-teman yang lain untuk hadir diwaktu yang sama. Pertemuan
yang tidak direncanakan akhirnya terjadi. Saya bertemu dengan teman yang sudah
lama tidak bertegur sapa secara langsung. Tidak banyak yang berubah dari kami.
Heboh-hebohnya dan canda tawanya ketika bertemu masih sama waktu Kuliah dulu.
Oktober, November, dan
Desember Tahun 2021.
Hari Senin tanggal 4 Oktober 2021,
Saya mengikuti seleksi CPNS. Bismillah, saya berangkat dua jam sebelum ujian ke
lokasi ujian yaitu Pusat Komputer (PUSKOM) Universitas Riau. Selama perjalanan
saya meminta kemudahan sama Allah swt. Ketika saya sampai di lokasi. Saya mencari
tempat untuk istirahat. Dua puluh menit kemudian Panitia memanggil peserta
untuk registrasi sebelum ujian. Setelah selesai registrasi saya mencoba
bertegur sapa dengan peserta disebelah saya. Dia bernama Dilla, dia alumni UNY.
Tidak butuh waktu lama, kami akrab lalu kami berpamitan untuk masuk ke ruang
ujian masing-masing.
Saya memasuki ruang ujian, tiba-tiba
ada rasa deg-degan. Selama ujian saya merasa dihantui dengan waktu yang terasa
berjalan cepat di layar komputer. Ketika waktu menunjukkan 20 menit lagi, saya
terkesa-terkesa menjawab pertanyaan yang belum terjawab. Hitungan dimulai 1, 2,
dan 3 layar yang menampilkan soal ditutup. Kemudian kita akan mengisi diberi
kuisioner setelah ujian. Tahap terakhir setelah itu, kita akan diberi nilai
jawaban setelah ujian. Tiba-tiba rasanya hati ini sedih setelah melihat nilai
yang didapatkan setelah persiapan selama ini. Saya tidak lulus passing grade,
sedih iya sedih tetapi hal ini sudah terjadi. Hikmah yang saya dapat ambil saya
harus lebih banyak kerjakan soal secara online. Karena saya selama ini lebih
banyak kerjakan soal di buku daripada secara online. Ya, Allah swt pasti punya
rencana lain untuk saya.
Kakak-kakak pada menelpon saya, tanya
bagaimana hasil ujian CPNS saya. Nada suara saya agak berat memberi kabar kalau
saya tidak lulus. Ada nada kekecewaan terdengar di telinga saya. Tetapi yang
telah terjadi, ya sudah. Abang, kakak mulai mencarikan solusi buat saya. Beberapa
minggu kemudian, saya diberitahu bahwa di pulau Wakatobi lagi butuh tenaga
alumni perikanan. Jadi, saya menjawab, tunggu ya kak. Saya mau ngobrol sama
Ibu. Ibu yang mendengar kabar itu, antara kasih izin dan tidak. Tetapi beliau
pertimbangkan karena saya sudah terlalu lama menunggu pekerjaan seperti itu sejak
wabah corona masuk di Indonesia. Ibu akhirnya mengasih izin saya untuk kerja di
Wakatobi.
Akhir bulan Oktober tepatnya pada
tanggal 31 hari Minggu, saya berangkat ke Wakatobi. Pesawat saya berangkat jan
13.55 WIB dengan maskapai Lion Air, estimasi sampai di Jakarta 15.40. Anggaran
biaya maskapai saat itu sebesar 955 ribu beserta asuransi Covid-19. Karena saya
melakukan perjalanan lewat udara. Kebijakan Pemerintah menegaskan bagi
masyarakat yang tour memakai pesawat udara, wajib untuk melakukan pemeriksaan
PCR. Pemeriksaan dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina. Hasil pemeriksaan dapat
berlaku selama 48 jam setelah hasil keluar.
Hari yang ditunggu tiba, saya diantar
oleh Ibu, Abang, Kakak Ipar, Ayang (Panggilan untuk seorang kakak diadat
minang), keponakan-ponakan, adek sepupu, dan anak murid kakak ipar ke Bandara
SSK-II Pekanbaru. Sebelum ke Bandara, kami lunch dulu sekeluarga. Selesai
makan, kami menuju Bandara SSK-II. Kami sampai disana lebih cepat satu jam
waktu keberangkatan. Jadi, saya cek-in dan masukkan koper ke bagasi. Setelah selesai
cek-in, saya bermain dengan ponakan-ponakan. Saya peluk mereka, lalu berbisik
untuk izin pergi. Ponakan yang besar mendengar itu, dia nangis Ante tidak boleh
pergi. Bertepatan panggilan boarding sudah ada. Jadi, saya pamitan sama
keluarga besar. Saya lalu pergi, saya takut sedih melihat mereka kalau saya
menoleh kebelakang. Jadi, saya jalan lurus saja dan waktu juga tidak mendukung
untuk bersedih karena panggilan pesawat sudah hampir panggilan terakhir.
Pesawat landing sesuai Jadwal, tapi
waktu mau pengambilan Bagasi terjadi problem. Tempat pengambilan Bagasi
tiba-tiba berubah nama, para penumpang bergegas kembali mencari tempat
perubahan itu. Hampir satu jam lebih, kami para penumpang dibuat bolak balik
mencari tempat pengambilan sambil bertanya sama petugas. Namun, apalah dikata
ternyata tempat pengambilan tetap itu juga. Jadi, kami bergegas kembali ke
tempat semula. Akhirnya, koper dapat diambil, waktu di jam saya sudah
menunjukkan jam 18.00 WIB. Adek saya menelpon menanyai saya mau naik apa ke
kontrakan dia. Saya bilang naik Taksi aja ya, karena kepala saya sudah pusing
karena bolak balik mencari koper. Saya menuju tempat order Taxi, dan akhirnya
giliran saya. Saya langsung menuju ke alamat kontrakan adek. (Budget taksi
waktu itu dari Bandara Soekarno Hatta ke daerah Pasar Minggu sekitar 350 ribu).
Saya menginap dua hari satu malam di
kontrakan adek. Hari Rabu tanggal 3 November 2021, saya melanjutkan perjalanan
ke Wakatobi. Perjalanan kami dari Bandara
Soekarno Hatta pada pukul 02.15 WIB dini hari, karena pesawat saya berangkat
jam 04.30 WIB dengan maskapai Citilink ke Bandara Hasanuddin (Makassar), Lion
Air ke Bandara Kaluoleo (Kendari), dan Wings Air ke Baandara Matahora
(Wakatobi) (Budget yang dibutuhkan
diatas sekitar 1.500.000,- lebih belum masuk dana PCR). Test PCR yang bekerja
sama dengan maskapai ini di KPH Lab Service Point (Kanomas Raden Saleh)
Jakarta. Adek, adek ipar, dan ponakan pergi mengantar saya. Ketika kami sampai
kami langsung menuju tempat cek-in, dan ternyata sudah banyak antriannya. Ada
rasa takut telat di hati saya, tetapi giliran saya letakkan koper ke bagasi.
Timing saya sangat pas sekali, saya lalu ke tempat adek saya yang lagi nunggu
saya. Dia lihat Kartu boardingpass saya, Gate pesawat yang akan saya tumpangi
itu letaknya sangat jauh. Dia kasih saran jalannya harus dipercepat. Kami bergegas
menuju pintu masuk ruang boarding. Saya lalu berpamitan dengan adek, adek ipar,
ponakan saya. Saya berjalan mengikuti
petunjuk untuk ke GATE 19. Perjalanan ke Gate ini, ternyata lumayan butuh waktu
karena letak gate ini di ujung. Sesampai di ruang tunggu sekitar 15 menit,
panggilan dari petugas untuk masuk pesawat.
Perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta (Jakarta) ke Bandara Hasanuddin (Makassar)
sekitar 2,5 jam. Jadwal saya berangkat dari jam 05.00 WIB, estimasi sampai
08.25 WITA. Alhamdulillah,
Pesawat landing sesuai jadwal. Saya menuju tempat pengambilan bagasi. Setelah bagasi
saya dapatkan, saya menanyai petugas Gate maskapai Lion air untuk transit ke Bandara Haluoleo (Kendari). Kemudian, Saya
menuju tempat yang ditunjuk petugas. Saya akhirnya menemukan Gate maskapai. Waktu
keberangkatan masih lama, saya menunggu di area lain. Area waiting list sudah
rame penumpang. Saat waktu menunjukkan waktu keberangkatan saya, mendekati petuga
penjaga Gate, ternyata terjadi perubahan jadwal pesawat. Kami para penumpang
lain dengan sabar menunggu kabar selanjutnya. Waktu sudah menunjukkan waktu
14.00 WITA, akhirnya terdengar panggilan masuk pesawat dari petugas. Saya dan
penumpang lainnya menuju pesawat. Estimasi
waktu dari Makassar, Kendari, dan Wakatobi sekitar 4 jam 20 menit dengan 1 kali
transit. Waktu cek-in di Makassar
Pesawat landing ke Bandara Haluoleo
(Kendari), saya terkejut ternyata bagasi
untuk pesawat Wings Air dari Kendari ke Wakatobi belum sekaligus dengan harga
tiket. Waktu itu saya, dapat bantu dari bapak-bapak. Bapak itu melihat saya
kelihatan kesusahan bawa koper, bapak itu bantu untuk cek-in. Setelah itu bapak
itu bilang saya kena 300 ribu, tapi karena saya googling dulu berapa harga
bagasi. Menurut saya baca tidak sampai harganya segitu. Jadi, saya bilang hanya
bisa bayar 200 ribu. Akhirnya bapak itu terima aja. Setelah proses cek-in
selesai, saya menuju ruang tunggu dan panggilan masuk pesawat terdengar selama
1 jam menunggu. Saat menuju pesawat ternyata pesawat WINGS AIR berukuran kecil
dari pesawat umumnya. Pantas saja, bagasinya di bayar kalau bermuatan lebih
yang bisa di bawa ke cabin. Pilotpun memberi pemberitahuan pesawat akan take
off. Setelah take off, pilot pun menjelaskan berapa jarak kaki ketinggian
pesawat dari permukaan laut. Waktu itu posisi tempat saya duduk dekat jendala.
MasyaAllah, ternyata pesawat terbang tidak terlalu tinggi seperti pesawat lainnya.
View yang saya lihat pemandangan laut dan daratan yang sangat jelas dari atas
pesawat. Akhirnya, pesawat landing ke Bandara Matahora (Wakatobi). Disinilah kisah saya akan dimulai untuk Tahun 2022.
Terima ya Allah swt, setelah menulis moment yang telah dilewati di tahun 2021. Saya sangat terasa Kebesaran, Kekuasaan, dan Maha Penyayang dan Kasih Engkau ya Robbii ke pada Hamba Mu yang Lemah ini..
SEKIAN
<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/sXiLxy96S4I" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen></iframe>
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances